The Dark Pictures: Little Hope

Pada akhir musim panas tahun lalu, saya mengulas Man of Medan, potongan pertama dari koleksi The Dark Pictures dari Supermassive, dan saya tidak begitu terkesan. Ia adalah sebuah game horor yang oke, yang menarik untuk dimainkan beberapa kali lagi untuk melihat berbagai cabang ceritanya. Namun, untuk menjalankan permainannya lagi adalah sesuatu yang sedikit menyebalkan karena eksplorasi dan pencarian petunjuknya yang membosankan, ketika koridor-koridor yang sama harus diteliti lagi dan lagi. Setahun kemudian, Supermassive kembali dengan Little Hope.

Kisahnya dimulai dengan sebuah bus yang oleng keluar jalan dan tabrakan di perbatasan sebuah desa kecil, Little Hope. Ada lima karakter yang bisa dimainkan keluar dari puing-puing bus itu, mereka adalah:

• Andrew, seorang mahasiswa dan protagonis cerita


• John, seorang guru paruh baya


• Daniel, seorang atlet dan pria populer di kampus yang jatuh cinta dengan Taylor


• Taylor, seorang gadis keras kepala yang ternyata juga memiliki perasaan yang sama dengan Daniel


• Angela, seorang tante-tante tua sumbu pendek

Pada awalnya, tujuan mereka adalah untuk mencari bantuan, mungkin menelpon pihak berwenang untuk meminta tolong atas kecelakaan itu. Namun, ternyata Little Hope adalah sebuah kota yang terbengkalai, dengan kabut tebal di belakang kelima orang itu yang memaksa mereka pergi ke arah tertentu. Mereka dipaksa untuk masuk ke bagian tengah dari kota itu. Seiring waktu berlalu, (tentu saja) mulai terjadi hal-hal aneh dan supernatural. Kini kita harus mencari petunjuk dan memecahkan apa yang terjadi di sana, yang ternyata lebih sulit dari yang saya bayangkan.

Ketegangan secara perlahan mereda ketika saya mengontrol Andrew. Dengan John, Angela, Taylor, dan Daniel berada di belakang saya, kami mulai melalui jalanan kota. Little Hope terkena tuduhan atas penyebaran sihir di abad ke-17, dengan konspirasi yang menganga begitu lebar sehingga kelompok itu malah lebih tertarik ke masa lalu tragis kota itu daripada melanjutkan perjalanan bus mereka.

Sebuah titik cahaya di luar sana menandakan ada sebuah objek yang bisa diperiksa dan biasanya terdapat petunjuk. Contohnya, ada sebuah artikel di koran yang ketika saya analisis hingga ke bagian konsonannya, lalu menjadi agak bingung sedikit, lalu maju ke cahaya selanjutnya. Cutscene-nya menyenangkan. Pengaturan temponya bagus. Temponya lebih bagus di sini daripada di Man of Medan yang memiliki bagian tengah yang payah. Ketika saya memainkan Little Hope untuk pertama kali, itu menyenangkan, dipenuhi dengan suasana dan atmosfer, tetapi juga membuat frustrasi karena saya tidak bisa mengarahkan cerita sesuai keinginan.

Jadi, setelah satu petualangan penuh yang sepertinya berjalan selama kurang lebih lima jam, saya ingin kembali lagi dan melakukannya dengan cara yang berbeda. Saya ingin mengubah beberapa pilihan dialog, menemukan rahasia-rahasia terakhir.

Seperti di Man of Medan, tidak pernah menyenangkan untuk melalui bagian-bagian yang sama, lagi dan lagi. Perburuan petunjuk menyenangkan di kali pertama, tetapi ketika kamu tahu adegan-adegan apa yang menanti dan kamu sudah cukup yakin tidak ada lagi yang bisa ditemukan, hal itu tidak begitu menyenangkan atau menarik lagi, menurut saya. Masih ada hal-hal yang saya lewatkan, meski sudah memainkannya selama empat kali, mengulang bab-bab kembali, melihat tayangan ulang streamer, tapi secara umum, terlalu sedikit yang berubah. Saya ingin mengatakan bahwa Little Hope tidak bertumbuh sebagai sebuah game ketika kamu memainkannya beberapa kali.

Game ini memiliki atmosfer yang bagus, sejumlah jumpscare murahan, tetapi juga ada yang berkualitas, dan di atas segalanya - monster-monster yang didesain dengan baik. Dalam sebuah game survival, hal paling menjijikkan adalah ketika kamu dikejar-kejar di Outlast atau Alien Isolation, jadi saya masih cukup senang dengan kejutan-kejutan yang ditawarkan oleh mekanika gamenya. Namun, bagian aksinya sendiri mengganggu saya. Di klimaksnya, terdapat dua karakter yang mesti diselamatkan melalui "Quick Time Event". Di Little Hope, saya dilemparkan aksi-aksi ini terus-menerus, dan sayang sekali hasilnya membuat tempo game begitu cepat dan tensi permainan segera menurun.

Lebih jauh lagi, saya tidak mengerti kenapa berbagai film horor dan kini bahkan Little Hope memaksa untuk membuat monster-monster berjalan begitu lambat. Mereka bisa setengah dibunuh, dipukul, dan tidak dapat melakukan lebih dari mengesot, tetapi mereka dapat mengancam jiwa anak muda yang bahkan bisa saja melakukan Moon Walk dan masih tidak terkejar. Memang tidak berlaku untuk semua monster, tetapi sudah cukup untuk menghilangkan suasana horor dan bahkan merusak seluruh adegannya.

Secara keseluruhan, Supermassive tetap saja telah menyusun sebuah saga "berlapis" yang menarik, dengan campuran aksi, horor, dan pilihan yang setidaknya menyajikan cerita yang beragam. Aktingnya bagus, terutama dari Pip Torrens dan Will Poulter, dan animasi wajahnya pun menakjubkan. Akan tetapi, saya tidak bisa memungkiri bahwa plotnya tidak begitu berbeda meskipun dengan banyaknya pilihan yang ada. Konsekuensi dari karakter yang terbunuh biasanya adalah mereka hilang dari adegan-adegannya. Saya pun merasa tercurangi ketika bermain sebanyak empat kali tanpa menemukan perubahan adegan yang banyak berubah.

Tentu saja, bisa jadi saya melewatkan sesuatu, yang untuk orang lain terlihat jelas. Mungkin sesuatu yang bersembunyi di pilihan dialog tertentu. Tapi sepertinya tidak begitu. Kesimpulannya, Little Hope adalah sebuah game horor yang sangat oke, tapi tidak kurang, tidak lebih.