Indonesia
Gamereactor
review
Harvest Moon: One World

Harvest Moon: One World - Review

25 tahun setelah edisi pertamanya, seri Harvest Moon telah kembali lagi.

HQ
HQ

2021 berisi banyak ulang tahun spesial bagi beberapa franchise game ternama. Ada Zelda yang merayakan 35 tahun, Sonic berusia 30 tahun ini, dan Pokemon berumur 25 tahun. Satu ulang tahun yang mungkin terbayangi oleh nama-nama besar itu adalah Harvest Moon. Simulator bertani itu muncul pertama kali di SNES pada tahun 1996 dan pengaruhnya dalam dunia gaming masih bisa terasa hingga kini melalui Stardew Valley dan Animal Crossing. Bertepatan dengan ultah ke-25 dari simulator ini, hadirlah One World. Iterasi terbaru ini berniat untuk membangkitkan kembali seri ini dengan lebih banyak fokus terhadap eksplorasi, tetapi apakah ia bisa menyelamatkan seri ini dari penurunan yang terjadi selama beberapa tahun terakhir?

Setelah membuat karakter, kamu akan muncul di sebuah dunia penuh depresi di mana sumber makanan yang tersedia hanyalah kentang dan sayur-sayuran lain hanyalah berupa gambar di dalam buku. Kampung halamanmu kini adalah puing-puing dari kejayaan lamanya, karena dulu ia diberkati oleh sebuah entitas misterius yang dikenal sebagai Harvest Goddess dan diisi oleh berbagai macam sayur-mayur yang lezat. Kini kamulah yang bertugas untuk membangkitkan kembali sang Harvest Goddess dan mencoba mengembalikan tanah kelahiranmu seperti sedia kala sebelum orang-orang kehilangan rasa hormatnya terhadap alam.

Alur gameplay utama dari One World dibagi menjadi dua aspek: berinteraksi dengan para penduduk desa dan menyelesaikan quest untuk mereka, serta mengembangkan dan merawat tanah pertanianmu. Melanjutkan cerita seringkali membuat kedua aspek ini bertemu, karena kamu nantinya harus membuat barang tertentu untuk bisa membantu penduduk desa dengan berbagai masalah yang mereka punya. Sesuatu yang saya suka adalah ceritanya bisa diselesaikan dengan kecepatanmu sendiri dan kamu bebas untuk menumbuhkan tanaman, mengembangkan tanah pertanian, dan menyelesaikan quest dari para penduduk kapanpun yang kamu mau.

Ini adalah iklan:

Sesuatu yang saya apresiasi dari awal adalah seberapa disederhanakannya proses bertani. Dengan memilih sepetak tanah dan menekan tombol A (di Switch), game ini akan secara otomatis memilih aksi yang diperlukan berikutnya, apakah kamu harus menanam benih, menyiram air, atau menambahkan pupuk. Hal yang sama juga terjadi dalam memotong pohon - kamu tidak perlu masuk ke menu dan memilih peralatan yang tepat, tapi game akan menyesuaikannya langsung.

One World menawarkan sebuah pendekatan berbeda dalam bertani, karena eksplorasi dibutuhkan untuk mendapatkan bibit. Alih-alih membeli bibit dari toko, kamu harus berinteraksi dengan para Harvest Wisps yang tersebar di seantero tempat ini. Mereka akan berada di tempat yang tetap dan menawarkanmu satu bibit setiap harinya. Secara pribadi, saya agak terbagi tentang konsep ini. Tentu saja, ia membantu merombak formulanya, tetapi saya merindukan kemudahan dalam mengambil bibit dari satu tempat saja. Banyak dari rute di game ini kosong dan hambar, yang membuat saya tidak terdorong untuk kembali ke tempat mereka.

Harvest Moon: One World

Aspek menarik lainnya tentang bertani adalah tumbuhan bisa bermutasi tergantung dari musim dan lingkungan tempat tumbuhnya. Di sepanjang peta, terdapat lima kota berbeda, yang memiliki bioma unik masing-masing dan kamu bisa memindah-mindahkan tanah pertanianmu dengan bebas ke kota-kota tersebut karena ia portabel. Sebuah semangka yang tumbuh di pasir pantai akan menjadi kuning, sebagai contoh, dan beri putih di daerah bersalju akan berubah menjadi sebuah beri ajaib. Faktor-faktor ini memberikan sesuatu untuk dipikirkan ketika merencanakan di mana tempat bercocok tanam dan menyenangkan bisa bereksperimen untuk melihat hasil-hasilnya.

Ini adalah iklan:

Apa yang mengurangi pengalamannya bagi saya adalah sejumlah keputusan desain yang mengecewakan. Tidak terlihat adanya opsi untuk membuat barang dan kamu bahkan tidak bisa menukarkan barang yang ada di inventaris dengan yang ada di tanah. Selain itu, stamina kamu selalu berkurang dengan kecepatan yang sama ketika kamu menebang pohon atau memanen tanaman. Tentu saja, masuk akal jika kamu merasa lelah seiring waktu, tetapi perjalanan jauh lintas area terasa hampir tidak mungkin, kecuali saya menyetok item konsumsi.

Visualnya juga kurang terpoles dan terlihat seperti sebuah game dengan anggaran terbatas. Kebanyakan kota yang kami kunjungi terasa kosong (beberapa rumah bahkan kosong) dan tidak ada banyak perbedaan dalam rute-rute yang dilalui kecuali perubahan nada warna. Dialog-dialog juga terlihat berantakan, karena terkadang ada sedikit kekacauan dengan animasi karakter, seperti menoleh ke arah yang berlawanan.

One World mungkin memiliki beberapa ide menarik, tetapi sayang eksekusinya terasa ceroboh dan jauh dari tingkatan yang pernah ada di seri ini. Saya menikmati cara bertani yang lebih sederhana dan bagaimana terdapat usaha untuk menekankan eksplorasi ke dalam alur gameplay-nya, meskipun hal itu memiliki kekurangannya sendiri. Namun, saya menemukan beberapa keputusan desain yang aneh dan presentasinya bisa lebih baik lagi. Semoga saja, developernya bisa mengembangkan lebih lanjut ide-ide yang dijelajahi di sini dan memanfaatkan itu dengan perhatian lebih ke depannya.

Harvest Moon: One WorldHarvest Moon: One World
Harvest Moon: One World
HQ
05 Gamereactor Indonesia
5 / 10
+
Bertani terasa sederhana. Mencoba ide-ide baru dengan tanah pertanian portabel dan tambahan fokus terhadap eksplorasi. Memungkinkan pemain untuk menyelesaikan tugas dengan tempo sendiri.
-
Visualnya kurang terpoles. Terdapat sejumlah keputusan desain yang menyebalkan.
overall score
ini adalah skor dari jaringan kami. Bagaimana dengan kamu? Skor jaringan adalah rata-rata dari skor setiap negara

Teks terkait



Loading next content